Tuesday, October 27, 2015

Be More Grateful

Not a good day for Mommy J.
I just got back from Koko's school. Hari pembagian raport.
Hari yang selalu jadi momok bagi Mommy J.
Koko memang adalah anak yang unik. Kemampuan olah raga dan seninya sangat dominan sehingga pelajaran lain terlebih Math menjadi tantangan terbesar. Juga pelajaran hafalan lainnya.
Sungguh bertolak belakang dengan Mommy J.
Setiap bertemu teman yang kenal bagaimana Mommy J dari dahulu, dan jika orangnya kepo (banyak sekali yang kepo) pasti akan mengatakan, " Hi J, enak dong ya. Kamu dan suami sama2 pintar, pasti anaknya jenius. Gak usah susah2 ngajain anak."
Sometimes kita seharusnya tidak perlu kepo ya. Mungkin tanpa maksud apa-apa mereka mengatakan hal itu, tapi sangat menohok untuk Mommy J.

Koko anak yang pintar. Sangat eloquent and social skill nya juga bagus. There will be lots of opportunities in the future for him. He can be a good artist, gamer, marketeer or public relation judging from how well he deals with people from all ages.
Akan tetapi sebelum bisa memilih penjurusan saat kuliah nanti, Koko harus melewati pendidikan SD, SMP dan SMA yang mana banyak sekali pelajaran-pelajaran yang sepertinya tidak terpakai di masa depan nanti, tapi harus dipelajari dan dihafalkan.
Pelajaran2 yang sering membuat Koko melamun di kelas, mencoret-coret kertas, menggambar saat ujian sehingga hasil yang didapat berupa warna-warna merah menyala.

Mommy J sangat kagum dengan Deddy Corbuzier mengenai caranya memahami dan mendidik anaknya.
Sering mampir ke http://www.thecorbuzier.com/ untuk mendapat pencerahan. 
I still can't reach that level of Deddy in understanding and handling my kids.
Masih suka marah-marah saat mengajar Koko dan memaksanya supaya minimal bisa lulus KKM agar naik kelas.
Sometimes I wonder, why ... God has trusted me with this? Can I ever understand?
Another God's humor.
Lulusan terbaik, IPK terbaik sejak TK sampai kuliah, yet it is so hard to help my son.
Sementara ada teman-teman yang dulunya juara nyontek dan madol, but now..anaknya juara kelaslah, juara kumon, juara olympiade Math, etc etc..
Berbagai seminar, psikolog, dan pengajaran serta buku sudah dibaca agar lebih memahami dan bisa mendidik Koko dengan lebih baik.
But.., I guess God will know better method and time that will help Koko to be independent and willing to study.

Dan sedikit pencerahan saat mengikuti talkshow 'Identifikasi Kesulitan Belajar Anak' Sabtu lalu.
Kebanyakan yang hadir adalah guru dan orang tua dari anak berkebutuhan khusus.
Mendengar sharing mengenai bagaimana mereka dengan sepenuh hati berusaha mengajarkan satu hal paling basic kepada para anak itu, sungguh mengharukan. Hanya bisa mandiri toilet training pun sudah merupakan berkat yang luar biasa bagi mereka. 
It open my mind and make me so grateful.
What am I, to complain about my life?
I have such wonderful life with such wonderful family.
Semoga dengan posting ini, setiap kali Mommy J akan 'meledak' saat mengajar Koko, Mommy J bisa membuka kembali posting ini dan bersyukur. 
Thanks God for your blessings in my life.
Koko dan Mei Mei pasti akan menjadi anak Tuhan yang membanggakan dan selalu mengandalkan Tuhan. 
May God bless Momy J to be a blessing parent for Koko dan Mei Mei.
Amin. 

2 comments:

  1. Mommy J panggilnya enaknya siapa ya? Hahahaha. *Biar enak manggilnya*. Kalau dilihat dari perkembangannya, si Abby juga so far sangat2 atletis, gak bisa diem, dan sangat nyeni. Cuma soal huruf dia juga sudah hafal, makanya bingung kesukaan dia di mana. Cuma ya gitu, anaknya susah anteng apalagi kalau di rumah, itu rambut basah melulu krn lari-larian. Kita sbg orang tua memang harus sabar dan dukung banget bakat anak kita. Di Indonesia ini memang pengotakannya masih cukup besar, anak-anak di SMA belum bisa benar-benar memilih, apalagi kalau mau lanjut sekolah berkualitas di luar, rata-rata mereka pilih anak dari jurusan IPA. Temenku juga ada yang pas segede Koko alias umur 10 tahun itu hampir gak naik kelas, eh pas kuliah GPA-nya hampir 4. Malah pas SMA jadi lulusan terbaik di sekolah ternama. So... yang penting kita embrace aja keadaan sekarang.

    ReplyDelete
  2. Hi Le, gue Juliana , he he. Iya nih, sekolah di sini pusing. Sebelumnya, dari TK sampai kelas 4 SD, anak gue sekolah di sekolah Montessori. Tapi ternyata bukan pure Montessori. Melenceng jauh dari konsep Montessori, pakainya Cambridge plus kurikulum nasional. Soal Mathnya udah seperti soal untuk Olympiade Matematika. Ngos-ngosan ngajarinnya. Saat ditanyakan ke sekolah, katanya karena harus ngikut ke kurikulum yang ada dan dengan persaingan antar sekolah sekarang, maka mereka mau nggak mau harus adopt cara sekarang ini. Akhirnya Koko saya pindahin ke sekolah bilingual aja yang adopt kurikulum nasional. Matematikanya lumayan lebih gampang, tapi pusing dengan pelajaran yang berbau bahasa Indo. Thanks untuk sharing tentang teman kamu Le. Semoga Koko akan menemukan 'magic moment' nya dan bisa jadi anak Tuhan yang membanggakan. Amin.

    ReplyDelete